Rabu, 02 Desember 2015

Pengertian dan Pendapat Para Ahli Mengenai Neurosains

    


                      NEUROSAINS ANAK USIA DINI

Pengertian dan Pendapat Para Ahli Mengenai Neurosains

Oleh  :  Suci Sartika (1305213)

BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Pada dasarnya setiap siswa telah dianugerahkan kecerdaasan yang luar biasa. Hal ini tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran otak sebagai penyusun informasi. Otak mampu menyusun ulang informasi dengan informasi yang telah ada sebelumnya sehingga akhirnya tercipta ide atau gagasan yang telah diperbarui. Proses pembelajaran yang dikembangkan seharusnya mampu memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengoptimalkan kecerdasan otaknya.
Neurosains memberikan peran penting dalam membentuk pemahaman terhadap kegiatan belajar. Banyak ahli dari pakar teori belajar mengemukakan pandangan yang berbeda terhadap kegiatan belajar tersebut. Beberepa teori belajar yang akan dikemukakan meliputi teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teori konsturktivisme.  
           
B.           RUMUSAN MASALAH
1.    Pengertian Neurosains?
2.    Pendapat para ahli?


C.           TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman penulis mengenai masalah yang dibahas dalam makalah ini. Disamping itu, tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Makalah Neurosains AUD


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Neurosains
Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Bagi teori Neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).
Neurosains adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem saraf, utamanya otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan pikiran. Studi tentang otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang bagaimana kita merasa dan berinteraksi dengan dunia luar dan khususnya apa yang dialami manusia dan bagaimana manusia mempengaruhi yang lain (Schneider, 2011).

Sejarah Perkembangan Neurosains

Neurology dimulai ketika Cajal, ilmuwan Spanyol ( pemenang Nobel 1906/ menemukan 4 doktrin Neuron sbb:
a.  Sel saraf, sebagai unit sinyal dan blok pembentuk dasar otak disebut neuron. Neuron terdiri dari dendrite, badan sel dan axon. Dendrit adalah tunas dari badan sel yang menerima sinyal dari sel lain. Badan sel berupa selaput ( membrane) yang berisi nucleus ( DNA ). Axon yang terbentuk garis panjang dari badan sel adalah elemen yang menyampaikan informasi dendrite sel lain melalui terminal axon.
b. Terminal axon menyampaikan informasi kedendrit sel lain di sinepsi, yaitu celah antara axon dengan dendrite sel lain. Sinepsi sebelum celah disebut presinaptik, dan sesudahnya disebut post sinaptik.
c.  Neuron membentuk sinapsis dan berkomunikasi dengan sel saraf tertentu saja.
d. Sinyal dalam neuron berjalan kesatu arah saja, yaitu dari dendrit ke badan sel, axon, presinaptik, menyeberang celah sinaptik, dan dendrite sel beikutnya. Selanjutnya ditemukan bahwa neuron terdiri dari neuron (syaraf) sensorik, yaitu yang menerima rangsangan dari luar, neuron motorik, yang mengendalikan kegiatan kegiatan sel otot, dan interneuron, yang menjadi perantara diantara kedua neuron.




B.           Pengertian Neurosain Menurut Para Ahli

Charles Sherrigon menemukan bahwa neuron tidak hanya dapat bersifat aktif (mengirimkan sinyal 0, tapi juga  ada yang menggunakan terminal untuk menghentikan sel penerima menyampaikan informasi, atau bersifat penghambat (inhibitory), sehingga tindakan system syaraf ditentukan oleh integrasi kedua hal ini.
 Selanjutnya Luigi Galvani ( 1971 ) dan kemudian Herman Von Helmhotz ( 1859 ) menemukan bahwa terdapat aktivitas listrik pada sel-sel otot binatang dan bahwa axon menggunakan listrik sebagai alat untuk menyampaikan informasi sensorik dari luar ke spinal cord ( urat syaraf tulung belakang ) dan otak perintah dari otak ke otot. Pengukuran Helmhotz menunjukan bahwa kecepatan kawat metal menunjukkan bahwa kecepatan kawat metal menyampaikan pesan ( sinyal ) 186 ribu / detik sedangkan axon 90 kai/detik, namun bersifat aktif, untuk memastikan bahwa sinyal akan sampai dan tidak menurun kekuatannya. Hal ini disebut potential atau energi potensial.        
            Edgar Douglas Adrian ( pemenang Nobel 1932 dengan Sherrigon ) menemukan bahwa bentuk, amplitude dan kekuatan energi potensial yang dihasilkan satu sel syaraf adalah sama, yang membedakannya hanya insensitasnya. Dengan demikian suatu stimlus yang kuat dari infosensorik akan meningkatkan jumlah energi potensial perdetik.
            Bernstein ( 1920 ) menunjukan bahwa energi potensial ditimbulkan oleh perbedaan ion antara yang terdapat di dalam dan diluar selaput sel, karena selaput sel memiliki saluran ( channel ) yang memungkinkan ion potassium positif mengalir dari dalam sel dalam membrane keanykan ion negative.
            Bedasarkan penelitian terhadap neuron cumi, Alan Hodgkin dan Huxley ( pemenang Nobel 1963 ) dan Katz menemukan baha energi potensial terbentuk karena masuknya ion sodium positif mengubah voltase internal sel dan menghasilkan upstroke, pada saat  hampir sama saluran potassium terbuka dan ion potassium kelur dari sel, menhasilkan downstroke sehingga sel kembali pada voltase semula. Setiap energi potensial menjadi sel punya lebih banyak sodium di dalam , namun dikurangi dengan adanya protein yang mengangkut kelebihan ion sodium keluar. Setiap energi potensial menghasilkan aliran yang mengatifkan wilayah sebelahnya secara berantai, dengan cara ini maka sinyal dari pengalaman isual, motorik, pikiran atau memori dikirim dari satu neuron lainnya.
            Pada Oktober 2004, sekelompok ahli yang menekuni riset-riset otak berkumpul disebuah pegunungan, didharmasala India. Ini bukan pertemuan biasa, sekalian dilakukan dalam bentuk diskusi ringan sebari rekreasi . Pesertanya bukan orang sembarangan ahli otak kelas dunia berkumpul membicarakan lihwal tentang otak,terutama kaitannya dengan meditasi dan rileksasi.pertemuan tersebut membicarakan topic perihal neuroplastisitas adalah kemampuan sel-sel saraf mengubah diri. Ini adalah soal kapasitas otak untuk berubah, baik karena pengaruh sengaja dari luar maupun karena perubahan metabolisme dalam otak .
             Menurut Balai lama, yang kemudian disetujui oleh para periset yang meneliti soal itu, otak bukanlah elemen tubuh yang statis, yang sudah jadi sehingga tidak bias berubah. Persoalannya kemudian adalah apa yang dapat dilakukan untuk dapat mengubah “ mesin supercanggih” ini  perubahan otak tidak mungkin terjadi tanpa intervensi serius, sistematis, dan terutama latihan-latihan mental. Potensi otak untuk berubah sangat tak terbatas , bahkan boleh dikatakan tidak terukur.
           

Ilmu syaraf atau neurosains adalah bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron.[1] Area studi mencakup struktur, fungsi, sejarah evolusi, perkembangan, genetika, biokimia, fisiologi, farmakologi, informatika, penghitungan neurosains dan patologi sistem saraf. Awalnya merupakan cabang dari ilmu biologi, namun ilmu ini telah berkembang dan menarik berbagai jenis ilmu lain untuk memanfaatkan pendekatan ilmu syaraf termasuk diantaranya adalah kognitif, neuro-psikologi, ilmu komputer, statistika, fisika dan kedokteran.
Rentang bidang ilmu syaraf telah meluas dengan mengikut sertakan percobaan ilmiah secara sistematis maupun penyelidikan teoritis dari sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi dari organisme biologis. Metodologi empiris yang digunakan oleh ilmuwan ilmu syaraf saat ini telah berkembang dengan cepat. Dari studi molekuler dan seluler dari sel-sel saraf individu hingga pemotretan sensor, dan dan tugas motorik di otak.
Penelitian ilmiah dari sistem saraf telah meningkat secara signifikan pada paruh kedua abad kedua puluh, terutama karena kemajuan dalam biologi molekuler, elektrofisiologi, dan komputasi ilmu syaraf. Hal ini memungkinkan ahli saraf untuk mempelajari sistem saraf dalam segala aspeknya: bagaimana strukturnya, cara kerjanya, bagaimana berkembangnya, bagaimana malfungsi hal tersebut, dan bagaimana hal itu dapat diubah. Neuron adalah sel khusus untuk komunikasi. Mereka mampu berkomunikasi dengan neuron dan jenis sel lain melalui sambungan khusus yang disebut sinapsis, dimana sinyal listrik atau elektrokimia dapat ditransmisikan dari satu sel ke sel lainnya. Banyak neuron mengekstrusi filamen tipis panjang protoplasma yang disebut akson, yang dapat memperpanjang ke bagian tubuh yang jauh dan mampu membawa sinyal listrik dengan cepat, mempengaruhi aktivitas neuron lain, otot, atau kelenjar pada titik-titik terminasi mereka. Sebuah sistem saraf muncul dari kumpulan neuron yang saling terhubung satu sama lain.
Pada vertebrata, sistem saraf dapat dibagi menjadi dua bagian, sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan sistem saraf perifer. Dalam banyak spesies - termasuk semua vertebrata -sistem saraf adalah sistem organ yang paling kompleks dalam tubuh, dengan sebagian besar kompleksitas yang berada di otak. Otak manusia sendiri mengandung sekitar seratus miliar neuron dan seratus triliun sinapsis; terdiri dari ribuan substruktur yang dibedakan, terhubung satu sama lain dalam jaringan sinaptik yang kerumitan mulai terurai. Mayoritas dari sekitar 20-25,000 gen milik genom manusia dinyatakan secara khusus di dalam otak. Karena plastisitas otak manusia, struktur sinapsis dan fungsi mereka sehingga berubah sepanjang hidup..[6] Dengan demikian tantangan membuat rasa semua kompleksitas ini berat.

Otak Sebagai Struktur yang Kompleks

Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa otak masing-masing yang beratnya hanya tiga pon, mempunyai 100 miliar neuron, 16 kali lebih banyak dari jumlah penduduk bumi, atau kira-kira sama banyaknya dengan jumlah bintang di galaksi Bimasakti. Setiap neuron mempunyai cabang hingga 10 ribu cabang dendrit, yang dapat membangun sejumlah satu kuadrilion koneksi komunikasi. Jumlah yang dahsyat itu ternyata hanya setengah dari jumlah neuron yang dibekalkan Tuhan kepada kita pada empat bulan pertama kehamilan.
Masing-masing neuron memperoleh “jati dirinya” yaitu sebagai neuron visual atau neuron pendengaran ketika neuron tersebut berhenti di suatu tempat yang nantinya akan menjadi tempat datangnya informasi visual atau pendengaran. Pada saat inilah, setiap neuron membangun dendrit dan akson untuk berkomunikasi dengan dendrit dan akson lainnya. Akson dan dendrit berkomunikasi dengan mengirimkan zat kimia, neurotransmiter, melalui sinapsis. Setiap neuron dimungkinkan mampu berkomunikasi melalui 100.000 sinapsis. Zat-zat kimia disebut secara teknis sebagai faktor trofik yang mengatur di mana dan bagaimana akson harus berhubungan serta membuat koneksi-koneksi.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa selama perjalanan, neuron-neuron merayap di atas sel-sel glial, yang menjadi penunjuk jalan, pelindung, dan pemeliharanya. Terdapat dua macam sel glial: yang pertama mengontrol metabolisme dan fungsi neuron, yang lainnya membungkus akson dengan zat lemak yang disebut mielin. Mielin mengatur seberapa cepat akson menyampaikan informasi. Setelah neuron mencapai tujuannnya, sel-sel glial masih tetap tinggal, walaupun bentuk dan sifat-sifat molekulnya berubah. Tempat dimana berhentinya suatu neuron, menentukan sikap-sikap kita dan sikap kita.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa perjalanan neuron dari tempat asal ke tempat tujuan tidak selalu berjalan mulus. Terdapat neuron yang berhenti di tengah jalan, ada yang terus berjalan untuk menghidupkan atau mematikan pengendalian genetis yang terdapat di dalamnya, serta ada juga neuron yang mati karena pengaruh lingkungan. Banyak faktor yang mengganggu migrasi neuron yang berasal dari lingkungan termasuk radiasi, mutasi genetis, obat-obatan, dan stres.
Apabila tidak ada gangguan dalam lingkungan prenatal (sebelum kelahiran), bayi lahir dengan bekal sebanyak 100 miliar neuron dengan koneksi-koneksi awal, akan tetapi otak masih belum terbentuk secara sempurna. Otak neonatal hanyalah sebuah lukisan berbentuk sketsa, yang sama sekali belum sempurna dan lingkunganlah yang akan melengkapinya atau bahkan akan mengabaikannya. Penyempurnaan otak ini memiliki batas waktu dan inilah yang disebut jendela peluang. Proses penyempurnaan koneksi-koneksi dendrit akan terhenti, begitu jendela peluang tertutup.
Waktu tiga tahun adalah waktu peluang bagi mata untuk memperkuat koneksi dan jika waktu tiga tahun terlewati, maka “sketsa” sistem visual bayi akan tetap menjadi sketsa. Setelah tiga tahun, jendela peluang akan tertutup. Sousa mengungkapkan bahwa jendela peluang ini adalah periode ketika otak memerlukan jenis-jenis masukan tertentu untuk menciptakan atau menstabilkan struktur yang bertahan lama.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa jendela peluang tersebut bukan hanya terdapat pada proses penglihatan, tetapi juga kemampuan linguistik, gerakan, perasaan, musik, matematika, logika, dan sebagainya. Jendela peluang ini adalah periode kritis dan masa terbukanya jendela-jendela peluang ini berbeda-beda. Jendela peluang untuk belajar bahasa mulai terbuka pada usia dua bulan. Bayi menguasai sekitar sepuluh kata per hari, sehingga ia menguasai sekitar 900 kata pada usia tiga tahun, dan terus-menrus meningkat sampai 3.000 kata pada usia lima tahun.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa jendela peluang untuk berbahasa tetap terbuka sepanjang hidup kita. Tetapi beberapa komponen bahasa tertutup lebih awal. Jendela bahasa tutur (spoken language) tertutup pada usia sepuluh atau sebelas tahun. Walaupun terdapat jendela-jendela peluang yang memberikan batasan pada kelenturan otak, proses belajar yang menumbuhkan, melestarikan, dan mengembangkan sel-sel otak dapat berlanjut sampai usia tua. Kapan saja otak kita mempelajari sesuatu yang baru, atau menghadapi tantangan, atau membuat kebiasaan-kebiasaan baru, maka otak akan menghasilkan cabang-cabang dendrit yang baru.
Buzan (2005) menjelaskan bahwa otak manusia berevolusi dengan urutan sebagai berikut:
v Batang otak, mengendalikan fungsi-fungsi penyangga kehidupan, misalnya pernafasan dan laju denyut jantung
v Serebelum, atau otak kecil, mengendalikan gerakan tubuh dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang dipelajari
v Sistem limbik, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas thalamus dan ganglia basal atau otak tengah. Sistem limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostasis di dalam tubuh (tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar gula darah)
Serebrum, atau korteks serebral, membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebrum adalah karya besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas berbagai keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan, dan kreativitas.




BAB III
PENUTUP

            Kesimpulan
 Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Untuk itu seorang pendidik khusus nya pendidik anak usia dini harus mengetahui dan paham mengenai neurosains.

             Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna .Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.







BAB IV
Daftar Pustaka
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: MLC
http://agfi.staff.ugm.ac.id/blog/index.php/2008/12/apa-itu-neurosains-neuroscience/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar